Rabu, 15 Januari 2014

BAHASA, LAMBANG KEBERADAAN SUATU BANGSA




hello, assalamu'alaikum
hmmm.. udah lama gak posting, smoga bermanfaat ya artikel kali ini. . :)
selamat membaca

An article by: Azalia Mutammimatul Husna

     Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa berarti sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenangan dan konvensional (berdasarkan kesepakatan umum) yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Bahasa juga merupakan perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa.
     Bahasa adalah salah satu hal yang paling utama dalam dunia kita. Tanpa bahasa, manusia tak akan bisa berkomunikasi. Bahasa adalah lambang keberadaan suatu bangsa. Jika Bahasa Indonesia adalah lambang keberadaan bangsa Indonesia maka Bahasa Arab adalah lambang keberadaan Bangsa Arab, begitu juga dengan bahasa-bahasa yang lain. Bahasa tersebut memiliki bermacam-macam perbedaan baik dari segi tata bahasanya, makna idiomnya ataupun dari sisi lain. Meskipun bahasanya berbentuk tulisan, tapi bisa juga disebut bahasa.
Mengapa ada bahasa tulisan? Karena terkadang seseorang tak dapat mengungkapkan isi hatinya dengan bicara, ada beberapa orang yang hanya bisa menuliskannya dalam sebuah kertas. Namun dari kertas tersebut, cerita dalam hidupnya adalah sesuatu yang luar biasa, bisa dibilang tulisannya adalah sebuah keberuntungan. Tapi ada yang bilang orang yang hanya bisa mengungkapkannya dalam tulisan adalah orang yang sulit bersosialisasi. Apakah Anda juga demikian? Temukan jawabannya pada diri anda !! :).

Senin, 24 Juni 2013


USING PREFIX PE-
A.    Bacaan (Reading Passage)
Bacalah pelajaran ini dengan seksama! (Read the lesson below carefully)
CITA-CITA SEORANG WARTAWAN
‘Homo est animal ridens’. Manusia adalah binatang yang bisa ketawa, demikian kata seorang filsuf Romawi. Manusia-manusia tak perlu sakit hati. Pada kenyataannya manusia memang kadang-kadang lebih bodoh daripada binatang.
            Bagiku manusia tidak hanya binatang yang bisa ketawa, tetapi adalah binatang yang paling pandai sekaligus pandir, paling cantik sekaligus banyak cacat. Manusia adalah binatang __ bagi yang      berhati halus, baiklah kusebut makhluk sebagai alternatif, yang paling menarik untuk diamati. Tontonan yang lebih mencengkam daripada sirkus, lebih menggairahkan daripada barisan bukit di pinggir danau, lebih rumit daripada susunan komputer.
            Dia bisa merayu-rayu, tetapi juga bisa kejam membunuh sesamanya. Dia bisa taat seperti seekor bebek, tetapi juga bisa memberontak bagaikan kerbau gila mendengus-dengus. Dia bisa juga ketawa tanpa mengerti sebabnya. Matanya bisa nanar menatap kedepan tanpa melihat barang yang ada di mukanya. Telinganya bisa berdiri menampung arus-arus kata tanpa mengerti artinya. Karena itu manusia adalah binatang atau makhluk (untuk yang berhati halus) yang paling menarik untuk dibahas dan dikisahkan.
            Misalnya: Pernah aku ikut berjejal-jejal bersama manusia-manusia mendengarkan laporan seorang Pak Lurah kepada Bupati: .... kelurahan kami mencatat kemajuan dalam Pelita I (Pembangunan Lima Tahun I) ini. Panenan berhasil baik, perumahan rakyat bertambah. Tak ada lagi penduduk kelurahan yang tuna wisma. Manusia-manusia bertepuk tangan. Kemudian mereka pulang meninggalkan halaman kelurahan dengan kepala manggut-manggut tanda setuju. Mata mereka tak melihat gubuk-gubuk reyot di pinggir jalan yang mereka lalui. Seolah-olah gubuk-gubuk itu adalah biasan jalanan dan penghuninya adalah makhluk-makhluk yang berasal dari dunia lain yang tak pernah dihiraukan.
            Aku jadi terheran-heran penuh tanda tanya. Ada sesuatu yang tak beres dalam mekanik organisme yang disebut manusia  itu. Ada kortsluiting antara mata, telinga dan komputer otaknya.

TONTONAN MENCEKAM
Hal-hal inilah yang menyentuh hatiku yang peka.
            Aku ingin menuliskan mengenai binatang yang paling aneh ini. Aku ingin mengisahkan ‘tontonan yang paling mencekam’. Aku ingin menyambung kabel penghubung mata, telinga dan otak. Aku ingin seluruh mekanik organisme manusia ini melakukan fungsinya dengan sadar dan yang paling penting, aku ingin tulisanku dibaca oleh mata-mata itu dan disalurkan ke komputer otaknya. Karena itulah aku memutuskan menjadi wartawan, meskipun aku mendapat tawaran kerja di banyak tempat. Aku ingin jadi wartawan, yang mengamati sumber warta, yaitu di manusia sendiri, animal ridens, binatang yang  bisa ketawa.            
            Ternyata pekerjaan yang kupilih benar-benar memberikan kepuasan batin yang besar kepadaku.  Tapi tak hanya itu. Aku masih merasakan efek sampingan yang menggembirakan. Kecuali gaji yang lewat kassa perusahaan, kadang-kadang melayang juga amplop-amplop tak dikenal. Memang aneh manusia-manusia ini. Mereka kadang-kadang mau menggantikan kabel penyambung mataku ke otakku dengan spare-parts asing yang dinamakan uang. Tetapi seperti biasa keanehan kadang-kadang menyenangkan tapi kadang-kadang juga membuat muka mereah.
            Bagaimanapun juga hidupku sebagai wartawan penuh dengan kegairahan. Setiap pagi hatiku tegang ingin cepat-cepat menyaksikan wajah hasil kerjaku. Setiap pagi kurasakan kepuasan dan kebanggaan. Kepuasan dan kebanggaan ini untungnya lebih besar dari kekecewaan pada sore harinya, bila kulihat koranku digunakan untuk bungkus kacang. Tidak apalah! Besok pagi dunia akan bisa menyaksikan karyaku yang baru lagi.

                                    R. Haryo Saputro wartawan ‘Suara Karya’, Jakarta
                                                Dikutip dari: Profil Wartawan Indonesia
                                    Dikumpulkan dan disusun oleh Rosihan Anwar.




B.     Wordlist.
Although a wordlist is provided for each reading passage, you should use a dictionary for unfamiliar words to broaden your vocabulary and understanding of the meaning of the words which may vary in different context. Please familiarise yourself with this list before reading the text.

1.      Filsuf: philosopher
2.      Sakit hati: annoyed, irritated, resenful
3.      Sekaligus: at the same time
4.      Pandir: stupid
5.      Cacat: physical defect, shortcoming, imperfection.
6.      Berhati halus: sensitive, easiliy offended
7.      Mengamati: to watch closely, observe, examine.
8.      Mencengkam or mencekam: to grip, seize
9.      Pinggir: edge
10.  Rumit: hard, difficult, complicated, complex
11.  Merayu-rayu: to flatter, seduce, persuade, deceive
12.  Kejam: cruel
13.  Taat: faithful
14.  Bebek: duck
15.  Bagaikan: as if, like
16.  Kerbau: buffalo
17.  Gila: mad, crazy, insane
18.  Mendengus: to snort.
19.  Nanar: dazed, confused, angry
20.  Menatap: observe intently, peer at
21.  Menampung: to pick up one’s ears, catch
22.  Arus (-arus): the flow, current.
23.  Mengisahkan: to relate, tell or write stories about
24.  Berjejal (-jejal): to crowd
25.  Laporan: report
26.  Kelurahan: administrative district
27.  Mencatat: to jot down, make a note of, chalk up s.t
28.  Kemajuan: progress
29.  Panen(an): harvest
30.  Tuna wisma: homeless
31.  Bertepuk tangan: to clap, applaud
32.  Manggut-manggut= mengangguk-angguk: to nod
33.  Reyot: dilapidated, ramshackle
34.  Biasan: reflection, extension, fragment
35.  Menghiraukan: to pay attention, to heed
36.  Kortsluiting: a short circuit
37.  Otaknya: his brain
38.  Peka: sensitive
39.  Aneh: extraordinary, strange, odd

40.  Menyambung: to connect, link up, join
41.  Menyalurkan: to channel, lead into, disalurkan: conveyed

42.  Efek sampingan: side effect
43.  Hatiku tegang: I am keyed up
44.  Menyaksikan: to see, witness.


C.    Comprehension.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan kalimat yang lengkap dalam Bahasa Indonesia. (Answer the questions below in Indonesian with full sentences).
1.      Apakah yang dikatakan seorang filsuf Romawi mengenai manusia?
2.      Si “Aku” setuju dengan pendapat filsuf itu dan malah menambahkan pendapatnya sendiri mengenai manusia, apakah yang dikatakannya?
3.      Ceritakanlah kembali dengan kata-kata anda sendiri yang dilaporkan oleh Pak Lurah mengenai Pelita I kepada Bupati?
4.      Apakah sebabnya si “Aku” heran dan penuh tanda tanya melihat hadirin bertepuk tangan dan mengangguk-angguk tanda setuju setelah mendengarkan laporan pak lurah itu?
5.      Apakah yang dimaksudkan oleh si “Aku” dengan kalimat yang berbunyi: ‘ada kortsluiting antara mata, telinga dengan komputer otaknya’?
6.      Apakah alasan yang diberikan oleh si ‘Aku’ mengapa dia memutuskan untuk menjadi wartawan?
7.      Dia mendapat kepuasan batin dari pekerjaannya. Kadang-kadang dia menerima apa yang membuat dia gembira atau adakalanya membuat mukanya merah? Terangkanlah!
8.      Tiap pagi si “Aku” puas dan bangga membaca hasil kerjanya, tetapi sore harinya kecewa. Apa yang membuatnya kecewa?

D.    Tata Bahasa (Grammar)
Ulangan dan Tambahan (Revision and Developement)
1.      We already know that nouns derived with pe- + root indicate the person performing the action.
Example:   a) Siapa penulis buku itu?      Who is the writer of that book?
                  b) Siapa pengirim surat itu?   Who is the sender of that book?
2.      This derived from (per- +root) may also indicate the instrument of means by which the action is performed. Example: pembuka kaleng: can opener; penyaring teh: tea strainer.
In some context, however, these derivatives are best expressed in English by a verbal construction.
Study the following sentences, observing carefully the form and meaning of the words in bold type; then master the sentence!.
a.       Aku ingin menyambung kabel penghubung mata, telinga, dan otak.
I want to link up the cable connecting eye, ear and brain.
b.      Balutlah lukamu itu! Kamu ada kain yang bersih pembalut luka itu?
Put a bandage on your wound! Do you have a clean piece of cloth to use as a bandage? (.... to bandage that wound?).
c.       Ini tongkat yang kupakai pemukul ular itu.
(this is the stick i used to hit the snake)
d.      Plastikkah atau daun pisangkah yang akan Ibu pakai pembungkus makanan itu?
Is mother going to use plastic or banana leaves to wrap up that food?
e.       Sebagai penutup, marilah kita menyanyikan lagu kebangsaan.
To conclude, let us sing the national anthem.
Note: Indonesian nouns of this type usually need to be translated into English with a verbal construction.
Study these sentence, observing carefully the form and meaning of the word in bold type!
a.       Apakah dia pemarah? (Is she quick tempered?)
b.      Dia bukan orang yang pemarah. (she isn’t a quick tempered person)
c.       Dia penangis sekali. (She cries easily/easily moved tears)
d.      Si penidur itu masih belum bangun. (that sleepy head still hasn’t got up)

Remarks:
The pe- + root form in these examples denotes a characteristic quality or feature of behaviour of a person. It has an adjectival character. This adjectival character is shown by the fact that these derivatives (pe- + root form) may be followed by the adverb sekali as a modifier, or preceded by si in its function as a normaliser.
The pe- + root form in this category may qualify a preceding noun with or without yang, as many as any other adjective.
Exercise:
Translate these sentences into English paying special attention to this difference. Use a dictionary for unfamiliar words.
1.      Tuan inspektur polisi itu sudah biasa berurusan dengan perampok, pencuri dan penipu yang licin.
2.      Oh, Tuhan yang pengasih dan penyayang, ampunilah dosaku!
3.      Murid-murid meminta kepala sekolah menjadi penasehat dalam melaksanakan proyek mereka tahun ini.
4.      Ke mana saja dia bepergian, pengawalnya tentu ikut
5.      Pramugari itu penyabar dan peramah sekali kelihatan
6.      Di kapal terbang orang yang perokok ditempatkan di ruangan yang tersendiri
7.      Pengail itu menggunakan udang atau cacing untuk umpan
8.      Nenek pemakai sirih; kalau ibu pergi ke pasar beliau tidak lupa membelikan Nenek sirih dan tembakau.
9.      Sebagai seorang pendidik, dia harus memberi contoh yang baik
10.  Pemuda-pemuda dari daerah itu banyak yang menjadi pedagang dan pelayar.

E.     Mengemukakan buah pikiran secara lisan maupun tulisan. (Oral and Written Expression)
Every day you come into contact with the journalist: on TV, radio and through the press.
Write a brief essay of about 150 words in Indonesian on this topic: apa yang dikatakan wartawan__ tugasnya, kewajibannya dan pengaruhnya. (What a journalist is __ his work, responsibility and influence).

A.    English version
IDEALS OF A JOURNALIST
‘Homo estanimal riden’. Man is an animal that can laugh. Thus said a Roman philosopher. There is no need for mankind to resent the term (animal). As a matter of fact man sometimes more stupid than animals.
To my mind man is not only an animal who can laugh, but is the most intelligent of animals, and at the same time the most stupid; the most beautiful yet at the same time with many flaws. Man is an animal _ for those who are sensitive, it is better that I call him ‘creature’ as an alternative_ that is the most interesting to examine (study). A spectacle more gripping than a circus, more emotionally moving than a row of hills along the shore of lake, more complex than a computer program.
He can flatter someone, but he can also cruelly kill his own kind. He can be as docile (faithful) as a duck, but he can also rebel like a mad snorting buffalo. He also can laugh without knowing why. His eyes can look fixed ahead without seeing what is in front of him. His ears can prick up to catch animal or creature (for those who are sensitive) who is the most interesting to discuss critically and write stories about.
For example: Once I joined with a crowd of people listening to the report of a ‘Lurah’ (village chief) to a Bupati (regent): ‘.... our district has chalked up progress in ‘Pelita I’. The harvest has been good, housing for the homeless...’ the people applauded. Then they went home leaving the Lurah’s yard with their heads nodding as a sign of their approval. They (their eyes) did not see the dilapidated hovels on the edge of the road-way and their inhabitants were creatures from another world which they could ignore.
I was astonished and full of questions. There is something wrong in the working of the organism called man. There is a short-circuit between the eyes, the ears, and the computer of his brain (mind)!.

A FASCINATING SPECTACLE
It is these matters that touch my sensitive heart.
            I want to write about this most extraordinary animal. I want to tell the story of the most fascinating spectacle. I want to link up the cable connecting eye, ear, and brain. I want the entire mechanism of the human organism to function consciously. Most importantly, I want my writings to be read by those eyes and conveyed to the computer of the brain. That’s why I decided to be a journalist who studied the sources of news, i.e man himself, animal ridens, the animal who can laugh.
Its turn out that the work I chose has genuinely given me a great inner satisfaction. But not only that. I still savour the pleasurable side effects.
Apart from the salary that comes through the cashier of the enterprise, from time to time ‘discreet’ envelopes come my way. Humans are indeed strange (odd). They sometimes want to replace the cable joining my eyes to my brain eith foreign ‘spare-parts’ called money. But, as usual, sometimes the peculiarities are enjoyable, but sometimes too they can make some faces red.
However, my life as a journalist is full of excitement. Every morning I am keyed up, eager to see what the result of my work look like. Every morning I feel satisfaction and pride. A satisfaction and pride, which fortunately outweighs the dissappointment of the afternoon when I see my paper used to wrap up peanuts. Never mind! Tomorrow morning the world will be able to look upon my new work again.

note: for more information, please wait the next lesson!
SEE YOU LATER 
:)