USING
PREFIX PE-
A.
Bacaan (Reading
Passage)
Bacalah pelajaran ini dengan
seksama! (Read the lesson below carefully)
CITA-CITA SEORANG WARTAWAN
‘Homo est
animal ridens’. Manusia adalah binatang yang bisa ketawa, demikian kata seorang
filsuf Romawi. Manusia-manusia tak perlu sakit hati.
Pada kenyataannya manusia memang kadang-kadang lebih bodoh daripada binatang.
Bagiku
manusia tidak hanya binatang yang bisa ketawa, tetapi adalah binatang yang
paling pandai sekaligus pandir, paling cantik sekaligus banyak cacat.
Manusia adalah binatang __ bagi yang berhati
halus, baiklah kusebut makhluk sebagai alternatif, yang paling menarik
untuk diamati. Tontonan yang lebih mencengkam
daripada sirkus, lebih menggairahkan daripada barisan bukit di pinggir
danau, lebih rumit daripada susunan komputer.
Dia
bisa merayu-rayu, tetapi juga bisa kejam membunuh
sesamanya. Dia bisa taat seperti seekor bebek, tetapi
juga bisa memberontak bagaikan kerbau gila mendengus-dengus.
Dia bisa juga ketawa tanpa mengerti sebabnya. Matanya bisa nanar menatap
kedepan tanpa melihat barang yang ada di mukanya. Telinganya bisa berdiri menampung
arus-arus kata tanpa mengerti artinya. Karena itu manusia adalah
binatang atau makhluk (untuk yang berhati halus) yang paling menarik untuk
dibahas dan dikisahkan.
Misalnya:
Pernah aku ikut berjejal-jejal bersama manusia-manusia
mendengarkan laporan seorang Pak Lurah kepada Bupati: .... kelurahan
kami mencatat kemajuan dalam Pelita I (Pembangunan Lima Tahun I)
ini. Panenan berhasil baik, perumahan rakyat bertambah. Tak ada
lagi penduduk kelurahan yang tuna wisma. Manusia-manusia bertepuk
tangan. Kemudian mereka pulang meninggalkan halaman kelurahan dengan
kepala manggut-manggut tanda setuju. Mata mereka tak melihat
gubuk-gubuk reyot di pinggir jalan yang mereka lalui. Seolah-olah
gubuk-gubuk itu adalah biasan jalanan dan penghuninya adalah
makhluk-makhluk yang berasal dari dunia lain yang tak pernah dihiraukan.
Aku
jadi terheran-heran penuh tanda tanya. Ada sesuatu yang tak beres dalam mekanik
organisme yang disebut manusia itu. Ada kortsluiting
antara mata, telinga dan komputer otaknya.
TONTONAN MENCEKAM
Hal-hal inilah yang menyentuh hatiku
yang peka.
Aku
ingin menuliskan mengenai binatang yang paling aneh ini. Aku
ingin mengisahkan ‘tontonan yang paling mencekam’. Aku ingin menyambung
kabel penghubung mata, telinga dan otak. Aku ingin seluruh mekanik organisme
manusia ini melakukan fungsinya dengan sadar dan yang paling penting, aku ingin
tulisanku dibaca oleh mata-mata itu dan disalurkan ke komputer
otaknya. Karena itulah aku memutuskan menjadi wartawan, meskipun aku mendapat
tawaran kerja di banyak tempat. Aku ingin jadi wartawan, yang mengamati sumber
warta, yaitu di manusia sendiri, animal ridens, binatang yang bisa ketawa.
Ternyata
pekerjaan yang kupilih benar-benar memberikan kepuasan batin yang besar
kepadaku. Tapi tak hanya itu. Aku masih
merasakan efek sampingan yang menggembirakan. Kecuali gaji yang
lewat kassa perusahaan, kadang-kadang melayang juga amplop-amplop tak dikenal.
Memang aneh manusia-manusia ini. Mereka kadang-kadang mau menggantikan kabel
penyambung mataku ke otakku dengan spare-parts asing yang dinamakan uang.
Tetapi seperti biasa keanehan kadang-kadang menyenangkan tapi kadang-kadang
juga membuat muka mereah.
Bagaimanapun
juga hidupku sebagai wartawan penuh dengan kegairahan. Setiap pagi hatiku
tegang ingin cepat-cepat menyaksikan wajah hasil kerjaku.
Setiap pagi kurasakan kepuasan dan kebanggaan. Kepuasan dan kebanggaan ini
untungnya lebih besar dari kekecewaan pada sore harinya, bila kulihat koranku
digunakan untuk bungkus kacang. Tidak apalah! Besok pagi dunia akan bisa menyaksikan
karyaku yang baru lagi.
R.
Haryo Saputro wartawan ‘Suara Karya’, Jakarta
Dikutip
dari: Profil Wartawan Indonesia
Dikumpulkan
dan disusun oleh Rosihan Anwar.
B.
Wordlist.
Although a wordlist is provided for
each reading passage, you should use a dictionary for unfamiliar words to
broaden your vocabulary and understanding of the meaning of the words which may
vary in different context. Please familiarise yourself with this list before
reading the text.
1.
Filsuf:
philosopher
2.
Sakit hati:
annoyed, irritated, resenful
3.
Sekaligus: at
the same time
4.
Pandir: stupid
5.
Cacat: physical
defect, shortcoming, imperfection.
6.
Berhati halus:
sensitive, easiliy offended
7.
Mengamati: to
watch closely, observe, examine.
8.
Mencengkam or
mencekam: to grip, seize
9.
Pinggir: edge
10. Rumit: hard, difficult, complicated, complex
11. Merayu-rayu: to flatter, seduce, persuade, deceive
12. Kejam: cruel
13. Taat: faithful
14. Bebek: duck
15. Bagaikan: as if, like
16. Kerbau: buffalo
17. Gila: mad, crazy, insane
18. Mendengus: to snort.
19. Nanar: dazed, confused, angry
20. Menatap: observe intently, peer at
21. Menampung: to pick up one’s ears, catch
22. Arus (-arus): the flow, current.
23. Mengisahkan: to relate, tell or write stories about
24. Berjejal (-jejal): to crowd
25. Laporan: report
26. Kelurahan: administrative district
27. Mencatat: to jot down, make a note of, chalk up s.t
28. Kemajuan: progress
29. Panen(an): harvest
30. Tuna wisma: homeless
31. Bertepuk tangan: to clap, applaud
32. Manggut-manggut= mengangguk-angguk: to nod
33. Reyot: dilapidated, ramshackle
34. Biasan: reflection, extension, fragment
35. Menghiraukan: to pay attention, to heed
36. Kortsluiting: a short circuit
37. Otaknya: his brain
38. Peka: sensitive
39. Aneh: extraordinary, strange, odd
40. Menyambung: to connect, link up, join
41. Menyalurkan: to channel, lead into, disalurkan: conveyed
42. Efek sampingan: side effect
43. Hatiku tegang: I am keyed up
44. Menyaksikan: to see, witness.
C.
Comprehension.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini dengan kalimat yang lengkap dalam Bahasa Indonesia. (Answer the
questions below in Indonesian with full sentences).
1.
Apakah yang
dikatakan seorang filsuf Romawi mengenai manusia?
2.
Si “Aku” setuju
dengan pendapat filsuf itu dan malah menambahkan pendapatnya sendiri mengenai
manusia, apakah yang dikatakannya?
3.
Ceritakanlah
kembali dengan kata-kata anda sendiri yang dilaporkan oleh Pak Lurah mengenai
Pelita I kepada Bupati?
4.
Apakah sebabnya
si “Aku” heran dan penuh tanda tanya melihat hadirin bertepuk tangan dan
mengangguk-angguk tanda setuju setelah mendengarkan laporan pak lurah itu?
5.
Apakah yang
dimaksudkan oleh si “Aku” dengan kalimat yang berbunyi: ‘ada kortsluiting
antara mata, telinga dengan komputer otaknya’?
6.
Apakah alasan
yang diberikan oleh si ‘Aku’ mengapa dia memutuskan untuk menjadi wartawan?
7.
Dia mendapat
kepuasan batin dari pekerjaannya. Kadang-kadang dia menerima apa yang membuat
dia gembira atau adakalanya membuat mukanya merah? Terangkanlah!
8.
Tiap pagi si
“Aku” puas dan bangga membaca hasil kerjanya, tetapi sore harinya kecewa. Apa
yang membuatnya kecewa?
D.
Tata Bahasa
(Grammar)
Ulangan dan Tambahan (Revision and
Developement)
1.
We already know
that nouns derived with pe- + root indicate the person performing the action.
Example: a) Siapa penulis
buku itu? Who is the writer of
that book?
b) Siapa pengirim
surat itu? Who is the sender of
that book?
2.
This derived
from (per- +root) may also indicate the instrument of means by which the action
is performed. Example: pembuka kaleng: can opener; penyaring teh: tea
strainer.
In some context, however, these derivatives are best expressed in
English by a verbal construction.
Study the following sentences, observing carefully the form and
meaning of the words in bold type; then master the sentence!.
a.
Aku ingin
menyambung kabel penghubung mata, telinga, dan otak.
I want to link up the cable connecting eye, ear and brain.
b.
Balutlah lukamu
itu! Kamu ada kain yang bersih pembalut luka itu?
Put a bandage on your wound! Do you have a clean piece of cloth to
use as a bandage? (.... to bandage that wound?).
c.
Ini tongkat
yang kupakai pemukul ular itu.
(this is the stick i used to hit the snake)
d.
Plastikkah atau
daun pisangkah yang akan Ibu pakai pembungkus makanan itu?
Is mother going to use plastic or banana leaves to wrap up
that food?
e.
Sebagai
penutup, marilah kita menyanyikan lagu
kebangsaan.
To conclude, let us sing
the national anthem.
Note:
Indonesian nouns of this type usually need to be translated into
English with a verbal construction.
Study these sentence, observing
carefully the form and meaning of the word in bold type!
a.
Apakah dia pemarah?
(Is she quick tempered?)
b.
Dia bukan orang
yang pemarah. (she isn’t a quick tempered person)
c.
Dia penangis
sekali. (She cries easily/easily moved tears)
d.
Si penidur itu masih belum bangun. (that sleepy head still hasn’t got
up)
Remarks:
The pe- + root form in these examples denotes a characteristic quality or feature of
behaviour of a person. It has an adjectival character. This adjectival
character is shown by the fact that these derivatives (pe- + root form) may be
followed by the adverb sekali as a modifier, or preceded by si in
its function as a normaliser.
The pe- + root form in this category
may qualify a preceding noun with or without yang, as many as any other
adjective.
Exercise:
Translate these sentences into
English paying special attention to this difference. Use a dictionary for
unfamiliar words.
1.
Tuan inspektur
polisi itu sudah biasa berurusan dengan perampok, pencuri dan penipu yang
licin.
2.
Oh, Tuhan yang
pengasih dan penyayang, ampunilah dosaku!
3.
Murid-murid
meminta kepala sekolah menjadi penasehat dalam melaksanakan proyek mereka tahun
ini.
4.
Ke mana saja
dia bepergian, pengawalnya tentu ikut
5.
Pramugari itu
penyabar dan peramah sekali kelihatan
6.
Di kapal
terbang orang yang perokok ditempatkan di ruangan yang tersendiri
7.
Pengail itu
menggunakan udang atau cacing untuk umpan
8.
Nenek pemakai
sirih; kalau ibu pergi ke pasar beliau tidak lupa membelikan Nenek sirih dan
tembakau.
9.
Sebagai seorang
pendidik, dia harus memberi contoh yang baik
10. Pemuda-pemuda dari daerah itu banyak yang menjadi pedagang dan
pelayar.
E.
Mengemukakan
buah pikiran secara lisan maupun tulisan. (Oral and Written Expression)
Every day you come into contact with
the journalist: on TV, radio and through the press.
Write a brief essay of about 150 words in Indonesian on this topic:
apa yang dikatakan wartawan__ tugasnya, kewajibannya dan pengaruhnya. (What a
journalist is __ his work, responsibility and influence).
A.
English version
IDEALS OF A JOURNALIST
‘Homo estanimal riden’. Man is an
animal that can laugh. Thus said a Roman philosopher. There is no need for
mankind to resent the term (animal). As a matter of fact man sometimes more
stupid than animals.
To my mind man is not only an animal
who can laugh, but is the most intelligent of animals, and at the same time the
most stupid; the most beautiful yet at the same time with many flaws. Man is an
animal _ for those who are sensitive, it is better that I call him ‘creature’
as an alternative_ that is the most interesting to examine (study). A spectacle
more gripping than a circus, more emotionally moving than a row of hills along
the shore of lake, more complex than a computer program.
He can flatter someone, but he can
also cruelly kill his own kind. He can be as docile (faithful) as a duck, but
he can also rebel like a mad snorting buffalo. He also can laugh without
knowing why. His eyes can look fixed ahead without seeing what is in front of
him. His ears can prick up to catch animal or creature (for those who are
sensitive) who is the most interesting to discuss critically and write stories
about.
For example: Once I joined with a
crowd of people listening to the report of a ‘Lurah’ (village chief) to a
Bupati (regent): ‘.... our district has chalked up progress in ‘Pelita I’. The
harvest has been good, housing for the homeless...’ the people applauded. Then
they went home leaving the Lurah’s yard with their heads nodding as a sign of
their approval. They (their eyes) did not see the dilapidated hovels on the
edge of the road-way and their inhabitants were creatures from another world
which they could ignore.
I was astonished and full of
questions. There is something wrong in the working of the organism called man.
There is a short-circuit between the eyes, the ears, and the computer of his
brain (mind)!.
A FASCINATING SPECTACLE
It is these matters that touch my
sensitive heart.
I
want to write about this most extraordinary animal. I want to tell the story of
the most fascinating spectacle. I want to link up the cable connecting eye,
ear, and brain. I want the entire mechanism of the human organism to function
consciously. Most importantly, I want my writings to be read by those eyes and
conveyed to the computer of the brain. That’s why I decided to be a journalist
who studied the sources of news, i.e man himself, animal ridens, the animal who
can laugh.
Its turn out that the work I chose
has genuinely given me a great inner satisfaction. But not only that. I still
savour the pleasurable side effects.
Apart from the salary that comes
through the cashier of the enterprise, from time to time ‘discreet’ envelopes
come my way. Humans are indeed strange (odd). They sometimes want to replace
the cable joining my eyes to my brain eith foreign ‘spare-parts’ called money.
But, as usual, sometimes the peculiarities are enjoyable, but sometimes too
they can make some faces red.
However, my life as a journalist is full of excitement. Every
morning I am keyed up, eager to see what the result of my work look like. Every
morning I feel satisfaction and pride. A satisfaction and pride, which fortunately
outweighs the dissappointment of the afternoon when I see my paper used to wrap
up peanuts. Never mind! Tomorrow morning the world will be able to look upon my
new work again.
note: for more information, please wait the next lesson!
SEE YOU LATER
:)